Laman

Powered By Blogger

Sabtu, 14 Agustus 2010

AGUSTUS DAN RAMADHAN 2010


Agus dan Rama


Bulan ini kita bangsa Indonesia berkesempatan merayakan dua peringatan akbar sekaligus. Dua peringatan yang bertepatan berada dalam satu bulan ini tentunya bisa jadi momentum yang sangat bagus untuk kita jadikan momen istimewa. Sebab bila kita ingat, proklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan Bung Karno pada tanggal 17 Agustus 1945, ternyata bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1366 H.

Bahkan kedua momen penting itu terjadi pada hari Jum’at. Suatu hari yang agung karena pada hari ini umat Islam berkumpul di Masjid untuk melakukan ibadah shalat secara bersama-sama. Saat ini momen penting itu kembali bersatu meski 17 Agustus nanti tidak terjadi pada 17 Ramadhan dan tidak pula pada hari Jum’at. Namun demikian, Ramadhan dan Agustus tetaplah merupakan bulan penuh makna.

Tanggal 17 Agustus merupakan hari di mana bangsa Indonesia secara tegas menyatakan diri sebagai bangsa yang bebas dari beragam intervensi bangsa-bangsa lain. Dengan demikian bangsa Indonesia memiliki keleluasaan, menemukan jalannya sendiri tanpa rintangan berarti demi melanjutkan cita-citanya membangun bangsa yang bermartabat.

Hal ini persis dengan apa yang ingin dicapai umat Islam melalui puasa di bulan Ramadhan. Dalam bulan ini umat Islam diberi berbgai fasilitas sehingga leluasa untuk memperbaiki diri demi mencapai derajat terhormat di sisi Allah. Makanya umat Islam dalam menyambut Ramadhan mengucapkan “Marhaban Ya Ramadhan”.

Kata “Marhaban” menurut Prof. Qurais Syihab berasal dari akar kata “rahb” dan “rahbat”. “Rahb” berarti “luas” atau “lapang”. Jadi “Marhaban Ya Ramadhan” merupakan ungkapan menyambut datangnya Ramadhan dengan luas atau lapang dada/dengan gembira.

Dari titik ini maka dapat dikatakan bahwa momen 17 Agustus dan Ramadhan sama-sama bermakna pembebasan. Secara kategoris 17 Agustus merupakan momen pembebasan manusia dari perbudakan manusia lain/bangsa lain. Sedangkan Ramadhan merupakan momen pembebasan manusia dari penjajahan nafsunya sendiri.

Adapun mengenai tanggal 17 Agustus yang “kebetulan” sama dengan 17 Ramadhan juga memiliki makna pembebasan yang jauh lebih luas. Sebab pada 17 Ramadhan untuk pertama kalinya Allah menurunkan Al-Qur’an ( Nuzulul-Qur’an ) untuk umat manusia melalui Muhammad SAW. Dan sungguh luar biasa karena ayat pertama dalam serangkaian ayat yang baru pertama kali diterima Muhammad itu justru perintah untuk membaca “Iqra’” ( bacalah! ).

“Iqra’ bismi Rabbika” . Itulah pesan universal dari sepenggal ayat pertama dari surat Al-Alaq yang mengandung makna pembebasan manusia dari kebodohan. Sebab menurut Shihab, kata “Iqra’” berasal dari akar kata yang berarti “menghimpun” dan kemudian lahir beragam makna. Misalnya : menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengidentifikasi, dan membaca ( baik teks maupun non teks ). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan produk dari aktifitas membaca atas nama Tuhan sebagai “Rabb”.

Lantas apa makna bersatunya kembali Ramadhan dan Agustus kali ini, yang kehadirannya justru di tengah kondisi bangsa yang carut-marut. Silahkan hitung sendiri data mengenai carut-marut ini. Sekali lagi, apa maknanya ini? Apakah ini kebetulan karena siklusnya memang demikian?

Saya yakin bahwa tak ada satupun yang kebetulan di alam ini. Semua pasti telah ada “cetak birunya”, semua pasti termasuk dalam rencana besar Tuhan. Maka paparan di atas kiranya dapat mengantarkan kita ke kesimpulan sementara yang mestinya dapat kita jadikan pegangan bersama, khususnya bagi para pemimpin negeri ini. Yakni sudah saatnya kini kita mengakhiri segala kegaduhan politik, ketimpangan hukum, ketidak adilan ekonomi, egoisme golongan, kecongkakan kekuasaan, lemah-lunglainya kepemimpinan, telanjang bulatnya sumber-sumber informasi hingga apapun bisa diakses oleh siapapun.

Hentikan semua dan kembalilah pada tujuan awal berdirinya negeri ini. Yakni pembebasan bangsa dari berbagai macam bentuk intervensi bangsa-bangsa lain (semangat 17 Agustus ) dan pembebasan manusia dari kekangan nafsu dan belenggu kebodohannya (semangat 17 Ramadhan).

Itulah ayat-ayat Tuhan yang harus kita tangkap maknanya sebagai sebuah tonggak bagi bangkitnya kembali optimisme sebagai bangsa besar.

Semoga, di usia ke-65, 17 Agustus 2010 atau 6 Ramadhan 1431 H, menjadi momentum agar bangsa kita kembali menjadi bangsa yang disegani seperti dicapai nenek moyang dulu. Bangsa makmur menyejahterakan seluruh lapisan masyarakatnya. Mengikis kebodohan dan kemiskinan, serta membebaskan diri dari belenggu keterbelakangan moral dan nurani.